Ekosentrisme Daerah Resapan Untuk Sistem Panas Bumi Yang Berkelanjutan
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi yang sangat besar dan
merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan energi panas bumi nomer satu
di dunia dengan cadangan panas bumi sekitar 40% dari total cadangan energi
panas bumi dunia. Potensi energi panas bumi di Indonesia ini didukung oleh
letak geografis Indonesia yang berada di daerah zona tumbukan tiga lempeng
,yakni lempeng Eurasia, lempeng pasifik dan lempeng India-Australia. Tumbukan
antara ketiga lempeng ini menghasilkan fenomena magmatisasi yang menghasilkan
busur vulkanik (volcanic arc).
Gambar 1. Volcanic arc di Indonesia
Gambar 1
menunjukkan bahwasannya proses subduksi antara lempeng sangat erat kaitannya
dengan volcanic arc dan volcanic arc sangat berkaitan dengan
panas bumi. Ditinjau dari sumber panasnya, maka reservoir panas bumi di
Indonesia ada beberapa tipe yakni reservoir hydrothermal, reservoir
bertekanan tinggi (geopressured reservoir), reservoir batuan panas
kering (hot dry rock reservoir) dan reservoir magma (magma reservoir).
Tetapi di Indonesia reservoir yang paling banyak dimanfaatkan adalah reservoir
hidrotermal. Pasokan air pada reservoir hidrotermal ini diperoleh langsung dari
permukaan atau lebih tepatnya hujan (natural recharge), air yang turun
dari hujan ini masuk melalui pori pori tanah dan perekahan batuan (infiltrasi).
Kemudian air yang sudah masuk melalui pori pori tanah dan perekahan batuan
tersebut tertampung didalam batuan reservoir yang memiliki permeabilitas dan
porositas yang tinggi. Air yang sudah terakumulasi pada batuan reservoir
tersebut mendapatkan konduksi panas dari batuan beku panas (pluton) atau
intrusi magma sehingga terjadilah arus konveksi yang menyebabkan air didalam
reservoir berubah fasa menjadi uap.
Gambar 2. Ilustrasi sistem panas bumi dengar reservoir hidrotermal
Terlihat pada gambar 2
bahwasannya sistem panas bumi dengan reservoir hidrotermal terdiri atas
beberapa komponen yakni, sumber panas, reservoir, batuan penutup (cap rock)
dan daerah resapan (recharge area). Empat komponen penyusun sistem panas
bumi dengan reservoir hidrotermal ini bekerja saling mendukung antara komponen
satu dengan yang lainya. Jika terdapat satu saja komponen yang terganggu atau
dalam hal ini rusak dan kerusakan ini dapat mengganggu fungsi sebagaimana
komponen tersebut bekerja, maka dapat kita pastikan bahwasannya sistem panas bumi
tersebut tidak akan bertahan lama atau memiliki umur (life time) lebih
pendek daripada estimasi umur awal ketika tahap eksplorasi.
Reservoir hidrotermal berfungsi sebagai tempat terakumulasinya fluida
yang meresap dari daerah resapan (recharge
area). Reservoir hidrotermal ini selain harus memiliki permeabilitas dan
porositas yang tinggi juga harus ditunjang dengan adanya kemungkinan recharge
oleh air dari lingkungan. Daerah resapan dalam sistem panas bumi merupakan
salah satu komponen penting dan bisa disebut sebagai nyawa dalam sistem panas
bumi dengan reservoir hidrotermal. Karena pasokan fluida utama untuk sistem panas
bumi ini berasal dari daerah resapan. Daerah resapan berfungsi sebagai pintu
masuk bagi air dari lingkungan dalam hal ini hujan untuk masuk kedalam sistem
panas bumi . Air yang turun dari hujan akan masuk melalui tanah dan pori pori
batuan yang berada didaerah resapan (infiltrasi). Tingkat infiltrasi air
terhadap tanah ini sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah tersebut. Kondisi
tanah tersebut meliputi vegetasi, kemiringan dan solum tanah . Jika
faktor-faktor pendukung kondisi tanah tersebut terganggu, maka akan mengurangi tingkat
infiltrasi air terhadap tanah yang tentunya berimplikasi langsung terhadap
kondisi hidrologi daerah sistem panas bumi tersebut. Misalnya saja vegetasi
pada sistem panas bumi ini berfungsi untuk mereduksi gaya perusak dari air
hujan dan asal mula terjadinya siklus hara yang memberikan mulsa-mulsa sangat
banyak pada permukaan lapisan tanah. Mulsa adalah material organik yang berasal
dari sisa sisa tumbuhan yang mudah terurai. Selain itu ditinjau dari segi
fungsinya mulsa ini sangat berperan penting dalam proses infiltrasi air
terhadap tanah.
Gambar 3. Ilustrasi laju infiltrasi dari berbagai tanaman penutup
(Sumber: Blackburn
et al 1986)
Gambar 3 menunjukkan adanya relasi antara keberadaan
tanaman penutup atau vegetasi terhadap besar alju infiltrasi air terhadap
tanah. Terlihat dalam gambar tersebut jika tanaman penutup memiliki ketinggian
yang semakin rendah akan menyebabkan berkurangnya juga laju infiltrasi. Tanaman
pentup yang bagus untuk daerah resapan adalah pohon pohon tinggi yang bisa
membuat jaringan kanopi. Jika daerah resapan tersebut tertutupi oleh tanaman
pentup yang mampu membuat kanopi maka siklus hidrologi pada daerah sistem panas
bumi akan terjaga yang tentunya juga menjaga kelangsungan sistem panas bumi
yang selama ini berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Danny
Z. Herman.(n.d.).Potensi Panas Bumi Dan
Pemikiran Konservasinya.Retrievedfrom http:// psdg. bgl. Esdm
.go. id/index .php?
option=com_content&view=article&id=383:potensi-panas-bumi-dan-pem
ikiran-konservasinya&catid=32:makalah-buletin
Ø Kasbani.(n.d.).
Sumber Daya Panas Bumi Indonesia:
Status Penyelidikan, Potensi Dan Tipe Sistem Panas Bumi.
Retrieved from http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=841:sumber-daya-panas-bumi-indonesia-status-penyelidikan-potensi-dan-tipe-sistem-panas-bumi&catid=10:panas
bumi
Ø Badan
Geologi.(2013). Hidrologi Air Tanah.
Retrieved from http://pag.bgl.esdm.go.id/siat/?q=content/hidrologi-air-tanah
Comments
Post a Comment